Ketika Walt Disney merilis Tron untuk pertama kalinya pada tahun 1982, film tersebut mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para kritikus film dunia. Walau kebanyakan pendapat yang muncul turut menggarisbawahi kekurangan Tron dalam memberikan jalan cerita yang kuat, namun penggunaan teknologi yang jauh lebih maju dari masanya di dalam jalan cerita Tron mampu menjadikan film ini meraih banyak penggemar yang terus memujanya hingga saat ini. Wajar jika hampir 30 tahun kemudian, Walt Disney memutuskan untuk membangkitkan kembali memori banyak penggemar film dunia akan Tron dengan membuatkan film tersebut sebuah sekuel, Tron: Legacy, dengan tentu saja menggunakan teknologi perfilman yang telah amat jauh berkembang (baca: eksploitasi teknologi 3D).
Dua aktor dari film pertama Tron, Jeff Bridges dan Bruce Boxleitner, kembali memerankan karakter Kevin Flynn dan Alan Bradley di sekuel ini. Namun, Bridges dan Boxleitner kali ini tidak berada pada kursi pemeran utama. Tokoh utama pada Tron: Legacy kini berada pada karakter anak Kevin Flynn, Sam Flynn, yang diperankan oleh aktor Garrett Hedlund. Dikisahkan, semenjak terakhir kali bertemu 20 tahun yang lalu, Sam masih saja terus dihantui bayang-bayang sang ayah yang tak kunjung kembali pada keluarganya. Rasa penasaran akan dimana sebenarnya keberadaan sang ayah sendiri kini telah bercampur dengan sedikit kecurigaan bahwa sang ayah memang sengaja meninggalkan dirinya. Ini terus terjadi hingg akhirnya teman akrab sang ayah, Alan Bradley (Boxleitner), mengungkapkan bahwa dirinya menerima sebuah pesan misterius yang mungkin saja berasal dari Kevin Flynn.
Sedikit penasaran akan hal tersebut, Sam akhirnya mengunjungi tempat lokasi permainan milik keluarganya yang telah lama terabaikan, Flynn’s Arcade. Secara tidak sengaja, Sam kemudian menemukan kantor rahasia sang ayah yang kemudian justru membawanya ke sebuah dunia yang berada di dalam komputer, The Grid. Tidak disangka, di sanalah Sam kembali bertemu sang ayah. Kevin sendiri kemudian menjelaskan dirinya selama ini terjebak di dalam The Grid dan tidak bisa keluar karena The Grid dipimpin oleh Clu, alter ego yang dulu dibuatnya untuk membantunya namun kemudian malah berbalik mengkhianatinya. Di dalam The Grid, Kevin sendiri tinggal bersama sebuah program komputer yang bernama Quorra (Olivia Wilde). Kini, bertiga mereka harus menemukan jalan untuk keluar dari The Grid sebelum satu-satunya pintu keluar dari dunia tersebut tertutup untuk selamanya.
Hampir 30 tahun jeda antara film pertama dengan sekuelnya dan telah direncanakan semenjak tahun 2005, sepertinya tidak membuat Walt Disney belajar banyak. Tron: Legacy masih menyerupai seri pertamanya: sebuah film yang sangat memikat di bidang tata visual dan teknologi namun jauh tertinggal dalam bidang naskah ceritanya. Jalan cerita film ini bergerak terlalu sederhana. Begitu sederhananya jalan cerita Tron: Legacy sehingga terkadang film ini hadir tanpa adanya sebuah konflik besar yang mampu mengikat perhatian para penontonnya. Berjalan datar, tanpa kehadiran emosi dan terlihat sama sekali tidak menarik.
Tidak hanya memiliki jalan cerita yang ‘terlalu sederhana,’ Tron: Legacy juga kebanyakan diisi oleh dialog-dialog pendek yang bahkan terdengar terlalu bodoh untuk didengarkan. Hal ini jelas sangat bertolak belakang dengan tata visual film yang begitu imajinatif sehingga seringkali mampu mengisi kekosongan yang disebabkan oleh kurang berkembangnya naskah cerita. Berbicara mengenai tata visual, Tron: Legacy harus diakui adalah sebuah sajian yang sangat, sangat mengagumkan. Disajikan dalam teknologi 3D yang cukup mumpuni, warna-warna terang yang tampil di sepanjang jalan cerita film ini terlihat begitu memikat. Dipadukan dengan special effect yang juga tak kalah mengagumkannya, Tron: Legacy jelas adalah sebuah tontonan wajib bagi mereka yang memang lebih mengedepankan untuk menikmati tampilan visual daripada jalan cerita dari sebuah film.
Selain tata visual, tata suara dan tata musik adalah bagian teknis lain dari Tron: Legacy yang berhasil tampil mengungguli kualitas naskah ceritanya. Dikemas oleh duo pengusung aliran elektronika asal Perancis, Daft Punk, tata musik Tron: Legacy berhasil tampil menghentak dan mengisi setiap adegan dengan sangat sempurna. Perpaduan antara tata visual yang sangat memikat dan tata musik yang begitu menghentak inilah yang kemudian berhasil menghindarkan Tron: Legacy menjadi sebuah film yang memiliki kualitas sangat mengecewakan.
Naskah yang lemah memang akhirnya harus ‘memaksa’ para jajaran pemeran Tron: Legacy untuk tampil seadanya: tampil tanpa kemampuan akting yang memikat serta tampilan emosi yang kuat. Namun setelah melihat apa yang ditampilkan Tron: Legacy secara keseluruhan, kemampuan akting sepertinya bukanlah sesuatu yang sangat diperlukan di film ini. Diisi dengan banyak tata visual hasil karya komputer yang tampil memukau – merupakan film berteknologi 3D terbaik dari Walt Disney — dan kemudian diiringi dengan tata musik yang mampu memberikan hentakan dan mengisi emosi di setiap adegan, Tron: Legacy terlihat sama sekali melupakan bahwa naskah cerita yang padat dan berisi merupakan sesuatu yang sangat berarti dalam sebuah film. Indah untuk dilihat, namun sama sekali tidak berisi apapun yang dapat membuatnya menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diingat.
Rating: 3 / 5
Tron: Legacy (2010) Directed by Joseph Kosinski Produced by Sean Bailey, Jeffrey Silver, Steven Lisberger Written by Adam Horowitz, Edward Kitsis (screenplay), Adam Horowitz, Edward Kitsis, Brian Klugman, Lee Sternthal (story), Steven Lisberger, Bonnie MacBird (characters) Starring Jeff Bridges, Garrett Hedlund, Bruce Boxleitner, Olivia Wilde, Michael Sheen, James Frain, Beau Garrett, Cillian Murphy Music by Daft Punk Cinematography Claudio Miranda Editing by James Haygood Studio LivePlanet Distributed by Walt Disney Pictures Running time 127 minutes Country United States Language English
Tidak ada komentar:
Posting Komentar